"Big Bang" Hidayatullah
Pada Kamis malam, 28 Agustus 1969, sekelompok anak-anak muda, dengan semangat 'amar ma'ruf nahi munkar menyerbu arena judi lotto yang sangat meresahkan di kota Makassar, sontak aksi para pemuda itu menggegerkan masyarakat, bahkan menjadi berita nasional dan membuat aparat bertidak menangkapi para pemuda yang terlibat dalam aksi.
Aksi ganyang judi lotto tersebut dipimpin oleh Muhsin Kahar, seorang pemuda yang merasa gelisah dengan keadaan masyarakat yang semakin bobrok dengan permainan judi nan menjangkiti. Dan dari situlah perjalanan dakwah dimulai, gayang judi lotto, menjadi pemicu awal "ledakan" dakwah Hidayatullah hingga terasa getarannya sampai saat ini.
Desember 1969, Muhsin Kahar hijrah ke Balikpapan dan mengganti namanya menjadi Abdullah Said, identitas baru untuk memudahkan dakwah ditempat yang baru. Merintis dakwah di Balikpapan bukan tidak ada halangan, karena ancaman penangkapan masih terus mengintai, beliau mulai kegiatan dengan membuat kursus mubaligh, training center dan upgrading mental.
Hingga tepatnya pada 1 Muharram 1393 H bertepatan dengan 5 Februari 1973 menjadi tonggak bersejarah berdirinya Pesantren Hidayatullah, sebuah cita-cita yang selalu terngiang dalam pikiran, sebuah tempat perkaderan sebagai penyokong tegaknya peradaban Islam yang menjadi visi besar yang terus diperjuangkan. Inilah "BIG BANG" pertama yang menggelegar, menghentakkan semangat dakwah Hidayatullah yang semakin agresif, masif dan ekspansif ke penjuru Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote.
Momentum "BIG BANG" dakwah Hidayatullah harus terus dirawat, dijaga dan diperjuangkan agar getarannya terus menggema, menghentakkan semangat kader untuk selalu bergerak. 50 tahun perjalanan dakwah Hidayatullah sudah terlampui, 6 Jati Diri Hidayatullah sebagai wawasan organisasi menjaga eksistensi, tranformasi organisasi menjadi keniscayaan dalam memastikan gerak jama'ah, dan berbagai inovasi dakwah dan pendidikan terus diupayakan, mulai PIBT, grand MBA, GNH, Rumah Qur'an, dan lain sebagainya.
Ini penting, dan sangat penting.
Terlebih di 50 tahun ini, ditengah gempuran era disrupsi yang semakin menggila, era AI yang jelas didepan mata, era perubahan tatanan sosial yang begitu cepat. Harus ada pemicu "LEDAKAN" agar energi "BIG BANG" tidak redup ditengah jalan, memperluas wadah-wadah kaderisasi sebagai tempat aktualisasi, mendorong inovasi segala bidang dalam bingkai Al-Qur'an, dan menyuntikkan kembali semangat penaklukan agar ekspansi terus berkembang, tak hanya Indonesia, tapi harus sampai mancanegara.
Seperti inspirasi semangat dari Ustadz Abdurrahman Muhammad, untuk para kader dakwah Hidayatullah militan; "Buatlah program besar, yang mewakili Allah Yang Maha Besar... Mari kita membuat planning, program dan target, yang sekiranya dijalankan akan menggetarkan langit dan bumi."
Juga sebuah jawaban fundamental dari sebuah pertanyaan pesimistis yang terlontar, untuk apa Hidayatullah bersikeras mendirikan universitas??? Disaat banyak universitas berguguran karena susahnya mendapatkan mahasiswa, kenapa tidak difokuskan energinya untuk program lain yang lebih populis? Kenapa? "Hidayatullah berjuang bukan sekedar meramaikan, Hidayatullah harus punya universitas sebagai wadah aktualisasi, melahirkan ilmuwan muslim kompeten, universitas harus hadir sebagai bagian tegaknya peradaban Islam."
Hidayatullah harus mencetak kader profesor, harus mencetak kader pengusaha, harus mencetak kader birokrat, harus mencetak kader budayawan, harus mencetak kader-kader profesional di segala bidang.
Bukan nanti, tapi harus dimulai saat ini!
Kita menengok sejarah peradaban Rasulullah, 23 tahun membangun peradaban yang begitu sempurna, penuh dengan rentetan dakwah yang menantang, mengubah tatanan masyarakat yang inovatif menjadi pembeda pada zamannya, semangat penaklukan tak pernah surut. Pun zaman keemasan, dimana Islam menjadi kiblat ilmu pengetahuan, menjadi trendcenter peradaban dunia yang mengagumkan.
Namun sejarah juga mencatat, kemunduran peradaban dimulai dari kenyamanan, persis seperti yang Rasullullah sabdakan, akan datang suatu masa dimana umat Islam mayoritas tapi tidak berkualitas, karena terlalu mencintai dunia dan takut akan kematian, terlalu merasa nyaman, takut dengan tantangan.
Selamat Munas ke 6 Hidayatullah.
Semangat mengekspresikan gagasan menyongsong Indonesia emas 2045.
Banyak harapan yang tersematkan, yakin dan percaya bahwa ber-Hidayatullah adalah langkah yang tepat untuk melibatkan diri dalam menegakkan peradaban Islami.
Allahu a'lam
24 Robiut Tsani 1447 H
16 Oktober 2025
Ahmad Hamim
Santri Hidayatullah Solo
Post a Comment