Prioritas Penjagaan Diri
“Apabila
tekanan udara di kabin ini berkurang secara tiba-tiba, maka masker oksigen akan
keluar dari tempatnya sehingga terjangkau. Tarik dengan kuat masker oksigen ke
arah anda, pasang penutup di mulut dan hidung, kaitkan karetnya di kepala, dan
bernafaslah seperti biasa. Bagi penumpang yang membawa anak-anak, dianjurkan
untuk mengenakan masker terlebih dahulu, setelah itu barulah kenakan masker
pada anak anda,” demikian salah satu potongan dari arahan awak kru kabin pesawat
setiap penerbangan akan dilakukan.
Salah satu
pelajaran yang didapatkan dari potongan arahan tersebut adalah pentingnya
menyelamatkan dan menguatkan diri sendiri terlebih dahulu, baru orang lain yang
ditanggung. Bukan sebaliknya, orang yang ditanggung diselamatkan dahulu, kemudian
diri sendiri. Urutan ini bisa berakibat fatal. Saat masker oksigen sudah
dikenakan orang yang ditanggung, bisa jadi saat itu orang yang memasangkan malah
sudah kehabisan nafas. Na’udzubillah.
Kurang lebih
seperti itulah tamsil untuk menjelaskan makna Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6,
“Wahai orang-orang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka.”
Allah ta’ala
memerintahkan setiap kepala keluarga untuk menyelamatkan diri sendiri, selanjutnya
anggota keluarganya. Karena sulit untuk menyelamatkan orang lain dari neraka,
sementara diri sendiri dilupakan. Sebagaimana tamsil penumpang yang salah
urutan dalam memasang oksigen bisa kehabisan nafas, seperti itulah kepala
keluarga yang berpotensi masuk neraka karena lupa menjaga diri sendiri namun
sibuk menjaga anggota keluarganya.
Dengan demikian
ada prioritas dan tahapan logis yang perlu ditata. Pertama, seorang kepala keluarga
perlu bertekad untuk menjauhkan dirinya sendiri dari neraka. Kedua, dalam
rangka menjauhkan diri dari api neraka, maka dirinya perlu terus memperkuat alias
meningkatkan kapasitas diri. Ruhiyah, aqliyah, dan jasadiyah perlu terus
dibangun. Ketiga, seiring meningkatkan kapasitas diri, seorang kepala keluarga
diharapkan terus membangun kapasitas anggota keluarga lainnya. Agar anggota
keluarga sadar terhadap bahaya api neraka sehingga ada ikhtiar kuat. Selain itu
agar ada saling jaga antaranggota keluarga, saling mengendalikan, semoga
keluarga bersama-sama terhindar dari neraka dan menuju surga.
Membangun kapasitas
diri dan keluarga, tidak ada jalan lain, hanya lewat pendidikan. Kepala
keluarga mendidik diri dan keluarganya. Dia terus mengarahkan seluruh orang
rumah untuk terus lebih baik seiring waktu, meniti jalan-jalan kebaikan.
Berbagai tantangan
akan muncul. Kepala keluarga hendaklah bersiap. Salah satu bentuk kesiapannya
adalah bersinergi dengan kepala keluarga lainnya. Antarkeluarga akhirnya saling
menjaga.
Sinergi
antarkeluarga sesuatu yang masuk akal. Karena keluarga tidak hidup sendiri. Ada
pengaruh dari lingkungan sekitar. Sinergi akan menyaring pengaruh buruk dari lingkungan
ke keluarga, dan secara simultan memancarkan pengaruh baik dari keluarga ke
lingkungan.
Salah satu
bentuk sinergi antarkeluarga adalah saling menasehati. Satu kepala keluarga memberikan
nasehat kepada kepala keluarga lainnya. Jika pun tidak ada nasehat di pertemuan
antara dua anggota keluarga, maka cukuplah dengan mendengarkan curahan hati
untuk kemudian didoakan serta disimpan rapat-rapat.
Dalam hal ini Al-Qur’an
surat Al-‘Ashr menyatakan, “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam
kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling
menasehati supaya mentaati kebenaran serta saling menasehati supaya menetapi
kesabaran.”
Demikianlah
Islam mengajarkan prioritas penjagaan diri. Prioritasnya dari diri sendiri ke
lingkungan yang lebih luar serta luas. Sebagai ikhtiar penjagaan, sinergi diri
sendiri dengan pihak lain perlu dilakukan.
Mungkin pencarian
pihak lain untuk sinergi tidak mudah. Akan tetapi dengan munajat dan mujahadah,
semoga Allah ta’ala mudahkan, sebagaimana hadits riwayat
Bukhari, “Ruh-ruh merupakan tentara yang terlatih. Jika saling kenal, maka ruh-ruh
akan mendekat. Sebaliknya, jika saling asing, maka ruh-ruh akan menjauh.”
Dari hadits
tersebut, kuatkan saja ruh untuk istiqomah dalam kebaikan. Semoga segera Allah ta’ala
kirimkan ruh-ruh lain untuk memperkuat. Apalagi di era digital, insya Allah,
ikhtiarnya dimungkinkan lebih mudah.
Wallahu a’lam.
Post a Comment