Akomodasi Handphone dalam Pembelajaran
Apakah handphone itu simbol modernisasi sekaligus kejahatan? Ataukah hanya satu simbol modernisasi? Dengan demikian apakah handphone boleh digunakan dalam satu rangkaian pembelajaran, baik yang berdurasi pendek ataupun panjang? Ataukah tidak boleh sama sekali?
Pertanyaan-pertanyaan
ini begitu mendasar dan banyak dibahas di berbagai kesempatan. Pro-kontra
terjadi. Satu pendapat mewakili satu generasi, katakanlah generasi senior.
Sedangkan pendapat lainnya mewakili generasi yunior.
Benar,
generasi baby boomers dan x cenderung mempermasalahkan penggunaan handphone
dalam pembelajaran. Menurut sebagian besar mereka, belajar dengan diselingi handphone
merupakan satu wujud ketidakseriusan. Hasil pendidikan tidak akan maksimal. Itu
baru diselingi, belum handphone dijadikan alat utama pembelajaran.
Di pihak
lain, generasi z dan alfa berpendapat, handphone bukanlah simbol
ketidakseriusan. Handphone justru dapat menjadi simbol keseriusan.
Karena dengan handphone, banyak kebaikan dapat dibuat dan disebarkan.
Debat dua
generasi ini sulit menemui satu titik temu. Akibatnya terlihat bahwa beberapa
lembaga pendidikan, yang sebagian besar dikelola generasi milenial ke belakang,
masih tidak mengizinkan penggunaan handphone saat rangkaian belajar
berlangsung. Jika pun handphone dibolehkan, penggunaannya sangat
terbatas.
Di sisi
lain generasi z dan alfa tidak patah arang. Mereka melakukan perlawanan. Mereka
menolak bergabung dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ketat dalam penggunaan
handphone. Bagi mereka pengetatan ini tidak adil. Generasi z dan alfa
sebagai murid melihat orang-orang dewasa menggunakan handphone dengan
bebas, sementara mereka dibatasi.
Sebenarnya
sebagian generasi z dan alfa paham bahwa orang-orang dewasa menggunakan handphone
untuk bekerja. Akan tetapi ekspresi riang yang terlihat dari wajah-wajah orang
dewasa kadang memudarkan kemakluman itu. Lalu tak lama hadirlah perasaan tidak
adil.
Dalam hal
ini kiranya sebuah kompromi bisa disepakati oleh kedua generasi. Pertama, handphone
merupakan simbol modernisasi. Kedua, handphone memiliki daya rusak tapi
juga berpotensi menyuburkan kebaikan. Ketiga, perlu pengaturan yang akomodatif
terkait penggunaan handphone. Keempat, perlu saling jaga antarorang
dalam komunitas. Kelima, detoksifikasi dari handphone kadang diperlukan
secara periodik, dilakukan bersama-sama dalam komunitas. Keenam, ada ikhtiar
agar handphone digunakan untuk membuat dan menyebarkan kebaikan.
Ketujuh, ada saling apresiasi dalam hal kebaikan yang disebarkan oleh handphone.
Dengan
kesepakatan tersebut, semoga penggunaan handphone tidak lagi menjadi
ganjalan. Pembelajaran terus berjalan. Sementara generasi yunior tidak terjebak
pada keasyikan berlebihan dengan handphone.
Salah satu
ikhtiar penting adalah protokol saat terjadi pelanggaran kesepakatan, terutama
oleh generasi yunior. Selain konsekuensi, pendampingan psikologis bisa jadi
diperlukan. Semoga dia yang melanggar dapat kembali ke jalan yang benar.
Adapun
mengeluarkan sang pelanggar dari lembaga pendidikan, formal atau lainnya, perlu
ada pertimbangan lebih bijak di era ini. Karena mengeluarkan sang pelanggar
tanpa pendampingan psikologis terlebih dahulu berpotensi menjurumuskannya pada
kehidupan yang liar. Lingkungan rumah tidak dapat mendampingi, demikian
lingkungan sekitar, akhirnya sang pelanggar memilih bergaul dengan mereka yang
berada di lingkungan liar. Situasi semakin rumit.
Peranan
Generasi Milenial
Ada satu
generasi yang terletak di pertengahan generasi baby boomers dan x dengan
z dan alfa. Itulah generasi milenial. Ia lahir dan tumbuh besar di tengah
situasi sulit yang dihadapi baby boomers dan x, tapi juga bergelut
dengan kompleksitas teknologi sebagaimana dihadapi generasi z dan alfa.
Memberikan
kesempatan kepada generasi milenial sebagai penengah dalam penggunaan handphone
di lembaga pendidikan semoga menjadi satu solusi. Agar pengaturan lebih
akomodatif. Bahkan diharapkan penggunaan handphone bisa mendorong
pengembagan kualitas pembelajaran.
Pemberian
kesempatan ini diwujudkan dalam bentuk kesempatan riset. Generasi milenial
diberi ruang untuk melakukan kajian komprehensif terkait penggunaan handphone
dalam pembelajaran. Selain itu wujud lainnya adalah melibatkan generasi
milenial dalam pendampingan psikologis. Gap usia generasi milenial dengan
generasi z dan alfa diharapkan tidak terlalu lebar. Sehingga pendampingan lebih
efektif.
Wallahu
a’lam.
Post a Comment