Header Ads

Sibuk dan Bahagia

Pagi hari saatnya sibuk, kecuali mungkin di hari libur. Orang-orang keluar rumah menuju tempat aktivitas harian mereka. Ada yang ke pasar, toko, kantor, sekolah, dan lain sebagainya.

Jalanan di pagi hari cenderung padat. Orang-orang dengan menggunakan berbagai kendaraan memenuhi jalanan. Suara teriakan dan klakson tidak jarang terdengar, benar-benar menambah gemuruh di situasi yang tidak lagi hening.  

Di saat gemuruh inilah seorang insan diuji, seberapa stabil dirinya. Bisa jadi amarah memenuhi jiwanya. Sehingga ada gejolak berat yang ditanggungnya. Bila kemudian gejolak berat itu tidak segera reda, gangguan jiwa berkemungkinan datang. Mungkin bukan gangguan jiwa berat, tapi tetaplah menurunkan kualitas hidup.

Oleh karena itu beberapa upaya diperlukan. Semoga kualitas hidup tetap baik. Di dunia kebahagiaan itu terasa, dilanjutkan nanti di alam kubur dan akhirat.

Pertama, tentang niat dan tujuan, perlu ditanyakan apa awal dan akhir dari aktivitas harian yang dijalani. Sangat indah jika awal dan akhirnya adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Aktivitas harian dijalani karena syukur kepada-Nya, sementara ridha-Nya diharapkan atas semua lelah yang mendera.  

Kedua, tentang mindset, bahwa keuntungan duniawi yang didapatkan akan diarahkan untuk kebaikan. Dapat uang, misalkan, maka uangnya akan digunakan untuk menghidupi diri serta keluarga. Ini kebaikan. Pahalanya juga tidak main-main.

Ketiga, tentang cara, bahwa aktivitas apapun yang dijalani semuanya dilakukan dengan cara yang diridhai-Nya. Orang lain mungkin suka, mungkin tidak. Dalam hal ini komunikasi hendaklah dibangun agar ada kesepahaman.  

Keempat, tentang keyakinan, bahwa ada malaikat yang mencatat setiap perbuatan. Catatan itu kemudian akan dibuka di akhirat. Maka aktivitas harian akan diisi lebih banyak kebaikan. Semoga catatan kebaikan itu penuh, berbanding terbalik dengan keburukan.

Kelima, tentang kesabaran, dunia ini memang tempat bersabar. Oleh karena itu peluang cobaan akan selalu ada bahkan terkadang tiba-tiba. Senantiasa bersiap merupakan satu kunci sukses menghadapi cobaan, termasuk ikhtiar antisipasi. Contoh yang sudah sangat sering disodorkan adalah mengisi bahan bakar kendaraan dengan cukup pada H-1, bukan saat akan berangkat.  

Kelima poin tersebut relatif mudah diresapi dengan riyadhah (penguatan ruhiyah) pagi. Salah satu wujudnya adalah mengulang, memahami, dan menghayati surat-surat Al-Qur’an yang berkaitan dengan waktu pagi. Surat Al-Fajr, misalkan. Banyak pelajaran tentang iman dan ketangguhan yang bisa ditemukan. Begitu juga surat Asy-Syams, Adh-Dhuha, dan Al-‘Adiyat.

Mungkin cobaan tetap datang. Akan tetapi keruwetan tidak mengikutinya. Karena Allah subhanahu wa ta’ala tenangkan pikiran dan kuatkan jiwa sang insan yang sedang dilanda cobaan.

Padatnya aktivitas harian, termasuk beratnya perjalanan pagi, mungkin tidak bisa dihindarkan. Ini tidak masalah. Akan jadi masalah bila ada kesalahan dasar dalam diri, yakni memisahkan aktivitas harian dari Dia yang telah menciptakan hari-hari. Pemisahan ini akan membuka pintu-pintu keburukan. Kegelisahan, kemarahan, dan kehampaan mudah datang.

Sebaliknya dengan terus menghubungkan diri dan aktivitas harian kepada-Nya, semoga pintu-pintu kebaikan segera terbuka. Tenang, bahagia, dan penuh energi dirasakan. Aktivitas jadi produktif. Hidup penuh kualitas.

Wallah a’lam.


Diberdayakan oleh Blogger.