Memperjelas dengan Kontras
“Demi malam apabila menutupi (cahaya
siang), dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan
perempuan.” (Terjemah Q.S. Al-Lail: 1-3)
“Demi matahari serta cahayanya di
pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan
malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta
penghamparannya.” (Terjemah Q.S. Asy-Syams: 1-6)
Dua surat tersebut diawali sumpah Allah ta’ala dengan nama-nama makhluk. Sebagaimana dijelaskan ulama bahwa sumpah Allah ta’ala yang sejenis ini memilki beberapa hikmah, salah satunya agar ada perhatian khusus manusia terhadap sang makhluk. Seperti matahari keberadaanya vital. Hampir semua orang mengetahuinya. Demikian pula dengan bulan.
Memahami dengan Kebalikannya
Lebih jauh ada yang menarik di
sumpah untuk pembukaan dua surat tersebut. Nama-nama makhluk yang disebutkan
memiliki posisi saling berlawanan. Di surat Al-Lail didapati malam-siang dan
laki-laki perempuan. Sedangkan di surat Asy-Syams didapati matahari-bulan,
siang-malam, dan langit-bumi. Sebuah kontras tergambar dengan mudah.
Apa manfaat dari kontras? Salah
satunya untuk memperjelas, sebagaimana ungkapan Arab, “Memahami sesuatu bisa
dengan kebalikannya.”
Misalkan siang-malam. Siang itu
panas dan terang, ditandai dengan adanya matahari. Kebalikannya malam itu dingin
dan gelap. Namun malam kadang sendu dengan kehadiran bulan.
Misal lainnya lelaki-perempuan.
Lelaki dijelaskan dengan profilnya, begitu pula perempuan. Akan tetapi
penjelasan lebih lengkap jika ditambahkan dengan logika berkebalikan. Bahwa
lelaki kebalikan perempuan, dan sebaliknya.
Penjelasan dengan logika
berkebalikan ini juga ditemukan pada Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat terakhir.
Orang-orang yang diberi nikmat dijelaskan sebagai orang-orang yang berjalan di
atas jalan lurus. Kemudian dijelaskan kebalikannya, orang-orang yang diberi
nikmat bukanlah orang-orang dimurkai dan bukan pula sesat.
Keterhubungan Antarmakhluk
Selain kontras, hal lain yang didapatkan
adalah Keterhubungan antarmakhluk. Bahwa makhluk tidak diciptakan Allah ta’ala
lalu dibiarkan terisolir. Akan tetapi mereka saling terhubung.
Jika mau bersyukur, manusia
berpeluang mendapatkan lompatan kualitas hidup menjadi jauh lebih baik. Allah ta’ala
menjanjikannya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7. Akan
tetapi jika kufur, tidak mau bersyukur, manusia berpeluang mengalami penurunan
kualitas hidup. Mungkin tampilan fisiknya menawan, tapi tidak dengan jiwanya.
Bisa jadi ada kehampaan yang dingin di dalam jiwanya.
Sebagai ikhtiar menghidupkan syukur,
manusia perlu terus menghadirkan Allah ta’ala dalam setiap proses
belajarnya. Niat, tujuan, dan adab belajar harus dijaga agar selaras dengan
tuntunan-Nya. Setiap penyimpangan, sekecil apapun, dikoreksi segera. Pembiaran
tidak boleh dilakukan. Karena jika terlanjut melebar, penyimpangan yang ada sulit
ditangani. Dampaknya juga berat.
Ikhtiar lain menghidupkan syukur
adalah menyuburkan ridha. Apapun yang menimpanya, hendaklah manusia ridha. Saat
manusia tidak ridha dan banyak mengeluh, syukur dalam hati bisa hilang.
Selanjutnya rasa khusyu’ kepada Allah ta’ala bisa menguap. Na’udzubillah.
Ikhtiar lain yang tidak kalah
penting adalah menempatkan aktivitas sesuai waktu dan tempatnya. Malam diisi
dengan istirahat, sementara siang dengan aktivitas. Daratan digunakan untuk
kendaraan bermotor, sementara angkasa untuk penerbangan. Protokol keselamatan
berkendara masing-masing tentu berbeda, sesuai dengan potensi resikonya.
Kehidupan ini penuh pelajaran. Dengan
menggalinya terus-menerus, semoga manusia memiliki tambahan ilmu dan
kebijaksanaan. Sehingga ia senantiasa tercerahkan dan juga mencerahkan.
Wallahu a’lam.
Post a Comment