Transmisi Keilmuan dalam Peradaban Islam
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.” (Terjemah
Q.S. Fathir: 28)
Ayat ini memberikan keterangan bahwa orang yang paling takut kepada Allah ta’ala adalah ulama. Ia menjauhi bukan hanya yang haram, tapi juga syubhat. Bahkan dalam zuhudnya, seorang ulama mengambil hanya yang dibutuhkan. Sisanya diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan demikian hatinya tertaut hanya kepada Allah ta’ala.
Keistimewaan
ulama ini diperoleh lewat dua jalur yang kemudian bertemu sekaligus berkelindan,
yakni iman dan ilmu, sebagaimana disampaikan Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat
11. Ilmu yang diperoleh bersifat bersih, sehingga berkesesuaian dengan hidayah.
Selanjutnya ilmu melahirkan kekuatan iman.
Berikutnya ada
ikhtiar merawat iman. Salah satunya dengan membersihkan diri dari syahwat,
minimal menekan syahwat agar tidak liar. Di sisi lain ibadah sunnah diperkuat. Agar
kedekatan dengan Allah ta’ala meningkat.
Dengan
kedekatan yang lebih baik ini, karunia-Nya terasakan
semakin banyak terutama berkaitan dengan ilmu. Ilham, bashirah, pencerahan, dan
sejenisnya semakin deras menghujani pikiran sang ulama. Gagasan-gagasan baru
bermunculan.
Semakin
banyak gagasan dilahirkan, rasa syukur semakin tumbuh. Kedekatan kepada Allah
ta’ala meningkat lagi. Ibadah sunnah menapaki tingkatan yang lebih tinggi. Sementara
gagasan-gagasan baru hampir tak berhenti mengalir deras. Sang ulama kini sudah berada
dalam siklus keterhubungan erat antara iman dengan ilmu.
Pembersihan Ilmu
Dapat
dikatakan, sebagaimana telah disampaikan, syarat penting keulamaan adalah ilmu
yang bersih. Tak ada campuran syubhat. Sumber utamanya guru yang
bersih ilmunya. Alternatif lainnya adalah pembersihan ilmu mandiri, oleh sang
ulama sendiri saat kapasitas keilmuan telah mumpuni.
Pembersihan
ilmu dari unsur syubhat ini penting. Karena, kembali sebagaimana telah
disampaikan, ilmu perlu berkesesuaian dengan hidayah. Sehingga ilmu memiliki
daya gerak ke arah kebaikan. Jika tidak, sebaliknya, ilmu akan bergerak ke arah
keburukan. Ilmu menjadi alat perusak.
Apa syubhat
ilmu yang perlu dibersihkan? Yang paling penting adalah sumber ilmu, tentang siapakah
pemberi ilmu sebenarnya. Dengan mengenali sumber ilmu asasi ini, adab dan
rantai ilmu dikenali. Terbentuklah kerangka ilmu yang benar. Proses pengambilan
dan pengajaran ilmu akhirnya tertata baik.
Proses ini sesuatu yang mendasar dalam mengajarkan Islam. Terjadi kejelasan kepada siapa, kapan, dan bagaimana Islam diajarkan. Tidak kalah penting, dimana.
Merawat Ilmu
Demikianlah ilmu
dalam Islam dirawat, tidak sembarangan. Ilmu tidak sekedar menjadi konsumsi
akal. Akan tetapi ilmu dikondisikan agar bisa terhubung dengan iman, selanjutnya
berbuah amal kebaikan.
Oleh karena itu, lahirlah sebuah petuah: Metode mengajar lebih penting ketimbang materinya. Guru lebih penting ketimbang metode mengajarnya. Ruh guru lebih penting dari segalanya.
Ilmu harus
dimiliki oleh guru sehingga isi yang disampaikan benar. Selanjutnya tidak hanya
isi, tapi lainnya juga tepat; yakni, prinsip, kerangka, dan adab ilmu. Sehingga
ilmu berkemungkinan membawa kebaikan yang kokoh ke dalam jiwa murid.
Sebagai
ikhtiar agar kesemuanya sampai kepada murid, guru perlu istiqomah. Pertama,
guru istiqomah dan disiplin mengajar. Cakupannya disiplin waktu dan runtutan
materi. Kedua, guru istiqomah dalam adab Islam. Ketiga, guru istiqomah dalam
mempersiapkan pelajaran. Keempat, guru istiqomah dalam murajaah dan mudzakarah sebagai pengembangan kapasitas keilmuan. Kelima, guru istiqomah dalam
menjaga iman. Cakupannya memaksimalkan amal di satu sisi, serta meminimalkan
dosa di sisi yang lain. Keenam, guru istiqomah mendoakan murid. Agar ilmu,
adab, dan hidayah sampai kepada murid. Sehingga murid menjadi sosok-sosok ulama
masa depan. Dengan demikian peradaban Islam terus terawat.
Benar, dari
uraian yang telah dipaparkan, guru poros transmisi keilmuan dalam peradaban
Islam. Oleh karena itu murid, orangtua, dan pemerintah hendaklah menghargai
serta menghormati guru. Fasilitas-fasilitas yang menstimulus pengembangan guru
juga perlu terus ditambah.
Semoga guru
terus bersemangat. Ilmu dan hidayah terus diantarkannya. Insan mendapatkan
manfaatnya terus-menerus.
Wallah a’lam.
Post a Comment