Stres
Anak batita bisa stres saat haus dan laparnya tak kunjung
terpenuhi. Sementara anak yang lebih tua, anak sekolah, bisa stres saat buntu
dengan pelajaran sekolahnya. Adapun orang dewasa bisa stres saat pekerjaannya
tak kunjung tuntas, atau target yang diharapkan tak kunjung tergapai.
Stres bisa terjadi kepada siapa, kapan, dan dimana saja. Ini wajar. Karena dunia tempat ujian. Siapapun di dunia akan diuji. Stres salah satu dampak yang timbul dari ujian tersebut.
Kembali kepada seorang manusia, bagaimana menyikapi stres. Jika kemudian hatinya dipenuhi dongkol, lalu sumpah serapah berhamburan, hampir bisa dipastikan tidak ada ridha dalam dirinya. Namun jika ada upaya untuk menerima segala keadaan, hati dilapangkan, dan bibir beristighfar, hampir bisa dipastikan ada ridha dalam dirinya.
Ridha menunjukkan seorang manusia mengenal diri dan Tuhannya. Bahwa manusia hanya mengikuti ketetapan Tuhannya. Di sisi lain ia yakin ketetapan Tuhannya berhakikat kebaikan.
Dalam kajian Sistematika Wahyu, pengenalan manusia dan Tuhannya bersifat utama dan mendasar. Di wahyu yang pertama kali turun, Al-Qur'an surat Al-'Alaq ayat 1-5, Allah ta'ala telah menjelaskan situasi dan posisi manusia. Manusia lemah saat awal bermula di kandungan. Kasih sayang-Nya saja yang menjaga.
Oleh karena itu manusia terus memerlukan penjagaan-Nya. Manusia perlu terus bermunajat kepada-Nya. Selain itu manusia perlu mengikuti aturan-Nya karena selaras dengan situasi dirinya. Mengikuti aturan-Nya bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk dirinya sendiri.
Semoga dengan pengenalan (makrifat) dan ridha, hidup seorang hamba senantiasa baik. Jikalau sempat jatuh dalam keburukan, ia langsung berada dalam kebaikan lagi. Kesiapan menghadapi tantangan juga terbangun. Stres tidak lagi mendominasi hidupnya, ada tapi masih terkelola, sangat berpeluang untuk pulih sedia kala.
Wallahu a'lam.
#MenghidupkanSW
Post a Comment