Header Ads

Hikmah Sabar dalam Memerintahkan Shalat

"Dan perintahkan keluargamu untuk shalat, serta bersabarlah dalam melaksanakannya." (Terjemah Q.S. Thaha: 132)

Ayat ini memberikan hentakan tersendiri. Kepala keluarga diperintah untuk memerintahkan anggota keluarga menjalankan shalat. Ayat "Jagalah dirimu dan keluargamu" di surat At-Tahrim ayat 6 seakan belum cukup terang, perlu diperjelas ayat ini.

Uniknya perintah sabar mengiringi. Kepala keluarga tidak sembarangan dalam memerintahkan shalat. Cara kasar, jika mungkin, dijauhi. Sementara cara lain yang lebih lembut hendaklah ditempuh.

Pemahaman yang kemudian terbentuk, shalat sesuatu yang penting. Shalat harus tegak di setiap rumah muslim. Di sisi lain kepala keluarga tidak boleh sembarangan bertindak. Jangan sampai shalat malah ditakuti, sebaliknya dicintai anggota keluarga.

Cara-cara kreatif, inovatif, dan edukatif perlu dimiliki kepala keluarga. Apresiasi verbal yang konsisten dibutuhkan. Tak masalah jika sesekali ada apresiasi material seperti hadiah. Kepala keluarga juga dianjurkan berdialog dengan anggota keluarga sehingga tahu apa saja yang membuat shalat jadi menarik.

Perintah verbal yang bersifat langsung boleh diberikan. Akan tetapi kesabaran harus tetap menyelimuti. Selain itu perintah verbal perlu diselingi dengan teknik perintah lainnya semisal mengajak atau bertanya.

Pengondisian rumah penting. Jadwal aktivitas misalkan, diupayakan tidak menabrak waktu shalat apalagi aktivitas yang sifatnya hiburan. Peringatan (reminder) juga ikhtiar yang tidak boleh diabaikan. 15 menit sebelum waktu shalat datang, peringatan sudah bisa diberikan. Selanjutnya di 10 menit, lalu 5 menit.

Sebagai pendukung, kepala keluarga diharapkan sesekali mendialogkan pentingnya shalat. Sisi keimanan, fiqih, hingga ilmu pengetahuan diulik untuk menguatkan dialog. Lagi-lagi kesabaran harus menyelimuti, tidak terburu-buru, tidak pula menghakimi anggota keluarga.

Dengan seluruh ikhtiar ini, semoga Allah ta'ala mudahkan semua orang di keluarga untuk shalat. Bukan hanya itu, semoga masih ada bonus dari-Nya. Tidak hanya satu, tapi beberapa bonus sekaligus.

Pertama, kepala keluarga terlatih sabar. Ini membawa banyak manfaat. Saat memimpin di luar rumah, semoga kepala keluarga bisa memimpin dengan sabar. Dengan kesabaran pula, semoga kepala keluarga tetap sehat. Begitupun aneka solusi relatif mudah didapatkan.

Kedua, anggota keluarga mendapatkan gambaran pemimpin ideal. Bahwa pemimpin ideal memiliki kesabaran. Ia tidak gampang marah, kreatif dalam komunikasi dan bersolusi. Gambaran ini bekal penting anggota keluarga dalam berproses menjadi pemimpin masa depan, juga bekal penting dalam memilih pemimpin.

Ketiga, anggota keluarga memiliki pemahaman bahwa mengajak untuk baik perlu dilakukan dengan cara baik. Pemahaman ini modal terampil komunikasi, dalam ataupun luar keluarga. Semoga interaksi sosial senantiasa nyaman.

Keempat, anggota keluarga merasakan keindahan syariat Islam. Berawal dari kenyamanan saat shalat, semoga anggota keluarga juga nyaman menjalankan syariat lainnya. Dengan demikian halal haram akan senantiasa diperhatikan, modal utama hidup sehat lahir batin.

Kelima, anggota keluarga terbiasa mengatur kehidupan hariannya. Kapan melakukan aktivitas A, B, ataupun C sudah jelas waktunya. Keteraturan ini modal untuk anggota keluarga berdisiplin. Sementara, sebagaimana diketahui, disiplin dibutuhkan untuk mencapai target-target masa depan.

Keenam, semua orang di rumah memiliki ikatan spiritual. Ikatan ini menguatkan ikatan emosional. Kasih sayang dalam rumah semoga semakin kuat.

Ketujuh, anggota keluarga memiliki kesempatan belajar dinamika alam lewat dinamika peredaran matahari. Pembelajaran ini dapat dilanjutkan dengan dinamika makhluk hidup dan sosial. Semoga jadi pintu untuk mencintai ilmu pengetahuan.

Wallahu a'lam. 

Diberdayakan oleh Blogger.