Menginspirasikan Profetik dan Profesional
Musibah kepemimpinan, sebagaimana ditulis oleh Syeikh Muhammad Ghazali dalam Miah Sual ‘Anil Islam, berawal dari keterpisahan ilmu agama dengan ilmu pemerintahan pada diri seorang pemimpin. Sehingga maqashid syariah (tujuan syariah) hampir tidak menjadi orientasinya. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan juga tidak bersandar dari nilai-nilai agama.
Sandaran yang
kemudian digunakan adalah prinsip-prinsip pemerintahan yang umum digunakan para
pimpinan pemerintahan. Bahkan sebagiannya tersusupi kepentingan pribadi.
Akhirnya ada sisi kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh, yakni sisi ruhani.
Padahal sisi ruhani masyarakat akan memberikan orientasi perkembangan masyarakat. Ke mana arah yang dituju masyarakat tergantung pada kekuatan ruhani masyarakat. Semakin baik kekuatan ruhani tersebut masyarakat, semakin terarah masyarakat pada kebaikan hakiki. Sebaliknya tanpa kekuatan ruhani, masyarakat akan mengarah pada situasi ruwet. Mungkin secara material, masyarakat mengalami perkembangan. Begitu pula kultur positif juga tumbuh subur. Akan tetapi di kedalamannya, masyarakat mengalami kebingungan. Ada perasaan kosong. Sebagian anggota masyarakat menjawabnya dengan berhura-hura, sementara sebagian lainnya menyepi untuk bermeditasi. Sebagian lainnya, apalagi yang hidup dalam kemiskinan, mengikuti arus kebanyakan orang.
Menyadari realitas kehidupan manusia tersebut, Hidayatullah berikhtiar ikut memberi solusi dengan menghadirkan visi “membangun peradaban Islam'. Dari visi ini kemudian lahir sejumlah misi, salah satunya “menjalankan kegiatan pendidikan, dakwah, sosial, ekonomi, dan lain-lain secara profetik dan profesional”.
Dengan menghadirkan visi dan misi tersebut, Hidayatullah berharap mampu memberi inspirasi secara luas tentang pengelolaan organisasi/lembaga yang komprehensif. Bahwa nilai-nilai nubuwwah dan standar profesionalitas universal diharapkan berkelindan untuk memandu pengelolaan organisasi/lembaga menuju standarisasi multivariabel.
Standarisasi multivariabel yang dimaksud mencakup variabel produkvitas, akuntabilitas, mentalitas, dan spiritualitas. Produktivitas mencakup terpenuhinya target-target aktivitas kerja. Akuntabilitas mengarah pada kepatuhan aktivitas kerja sesuai prosedur atau arahan yang telah ditetapkan. Mentalitas berkaitan dengan terjaganya kesehatan mental para personel dalam beraktivitas kerja. Sementara spiritualitas bermakna terlaksananya ajaran agama dalam setiap aktivitas, baik bersifat imani atau syar'i.
Dengan paradigma profetik dan profesional juga, diharapkan lahir figur terpecaya, utamanya dengan tiga karakter: Proaktif, produktif, dan antisipatif.
Proaktif bermakna ada kesadaran dan motivasi kuat untuk memenuhi standar aktivitas yang telah ditetapkan. Bahkan di level pimpinan, proaktif diwujudkan dengan mengembangkan berbagai perangkat pengelolaan/manajerial, dari tahapan perencanaan hingga evaluasi. Berbagai temuan pakar terbaru dipelajari dan jika mungkin diadaptasi secara bertahap.
Produktif bermakna terus melakukan kebaikan. Di tempat kerja, berbagai kebaikan dilakukan. Memenuhi standar aktivitas kerja merupakan hal pertama yang diperhatikan. Berikutnya memberikan kontribusi kepada tempat kerja, baik lewat usulan ataupun kontribusi nyata. Hal lainnya adalah berakhlak baik di tempat kerja.
Antisipatif bermakna ada ikhtiar untuk tidak berbuat kesalahan, terutama bersifat sengaja dan merusak, semisal korupsi. Jika ditemukan celah berbuat kerusakan umum namun menguntungkan pribadi, tidaklah celah itu digunakan. Bahkan jika mungkin pelaporan diberikan, agar perbaikan segera dilakukan.
Last but not least, profetik dan profesional mengantarkan kesadaran untuk bermusyawarah. Bukan dalam rangka adu gagasan, musyawarah lebih banyak dilakukan untuk memandu para pimpinan dalam mengarahkan kehidupan anggotanya menuju maqashid syariah. Sehingga orang-orang terjaga secara agama, jiwa, akal, keturunan, serta harta. Dengan keterjagaan ini, semoga orang-orang dapat menumbuhkan potensinya untuk bisa berkontribusi di kehidupannya.
Demikian inspirasi Hidayatullah dengan pengelolaan organisasi/lembaga secara profetik dan profesional. Semoga inspirasi ini dapat ditangkap oleh para pengelola pemerintahan. Sehingga berbagai kesejahteraan material yang sudah digapai dapat dilengkapi dengan spiritual. Manusia bahagia dan senantiasa ingin berbagi kebahagian dengan sesama.
Wallah a'lam.
Fu'ad Fahrudin, sekretaris DPW Hidayatullah DIY - Jateng Bagian Selatan 2020-2025
Teriring ucapan, semoga hasil Musyawarah Khusus Kampus Madya bisa diimplementasikan dengan baik dan membawa hasil yang berkah. Amin



.jpeg)
Post a Comment