Ikhtiar Pejuang Peradaban dalam mewariskan Semangat Perjuangan Tanpa Trauma
Setiap orang tua yang berjuang di jalan Allah tentu berharap anak-anaknya kelak tumbuh menjadi generasi pelanjut yang kuat, berani, dan penuh semangat. Namun sering kali, perjuangan itu ditempuh dalam kondisi kekurangan materi dan finansial. Anak-anak melihat abi dan umi mereka bekerja keras, pulang dengan wajah lelah, hidup sederhana, bahkan kadang harus menahan keinginan. Pertanyaannya, bagaimana agar anak-anak tidak mewarisi rasa takut atau trauma dari kesederhanaan itu, melainkan justru mewarisi semangat perjuangan yang mulia?
Klik untuk Informasi Pendaftaran SMP Integral Hidayatullah Kebumen
Dalam Islam, ada prinsip-prinsip yang dapat menjadi pegangan bagi para pejuang peradaban. Prinsip ini bukan hanya menjaga hati orang tua, tetapi juga menanamkan kekuatan jiwa pada anak-anak, sehingga mereka tumbuh dengan hati yang penuh syukur, tawakkal, dan keberanian.
Menanamkan Makna Tawakkal dan Rizki dari Allah
Kita ajarkan kepada anak bahwa rizki bukan semata hasil kerja keras manusia, melainkan pemberian Allah.
Firman-Nya: “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang bergerak di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6).
Ketika anak bertanya mengapa kita tidak memiliki rumah besar, jawablah dengan lembut: “Nak, rumah besar bukan tanda Allah sayang. Allah sudah janji, setiap makhluk punya rezekinya. Kita percaya, Allah akan beri yang terbaik untuk kita. Yang penting kita tetap berusaha dan berdoa.” Dengan cara ini, anak belajar bahwa kekurangan bukanlah aib, melainkan bagian dari perjalanan iman.
Menjadikan Perjuangan sebagai Amal Shalih
Kerja keras orang tua bukan sekadar mencari nafkah, tetapi ibadah.
Rasulullah ï·º bersabda: “Sebaik-baik makanan adalah yang diperoleh dari hasil kerja tangan sendiri.” (HR. Bukhari).
Ketika anak melihat abi pulang dengan tubuh letih, katakan: “Capek Abi itu ibadah, Nak. Dengan bekerja, Abi memberi nafkah halal untuk keluarga. Itu jihad Abi.” Maka anak akan tumbuh dengan kesadaran bahwa kerja keras adalah kehormatan, bukan beban.
Mewariskan Nilai Sabar dan Syukur
Kesederhanaan adalah ladang sabar dan syukur.
Allah berfirman: “Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).
Saat anak bertanya mengapa kita sering makan tempe, jawab dengan penuh kasih: “Tempe ini nikmat dari Allah, Nak. Banyak orang yang tidak bisa makan sama sekali. Kalau kita sabar dan syukur, Allah akan tambah nikmat kita.” Dari sini anak belajar bahwa kebahagiaan bukan pada kemewahan, melainkan pada rasa syukur.
Membangun Rasa Bangga, Bukan Malu
Kesederhanaan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Abu Hurairah r.a. hidup sederhana, sering lapar, tetapi menjadi perawi hadis terbanyak.
Kerja keras orang tua bukan sekadar mencari nafkah, tetapi ibadah.
Rasulullah ï·º bersabda: “Sebaik-baik makanan adalah yang diperoleh dari hasil kerja tangan sendiri.” (HR. Bukhari).
Ketika anak melihat abi pulang dengan tubuh letih, katakan: “Capek Abi itu ibadah, Nak. Dengan bekerja, Abi memberi nafkah halal untuk keluarga. Itu jihad Abi.” Maka anak akan tumbuh dengan kesadaran bahwa kerja keras adalah kehormatan, bukan beban.
Mewariskan Nilai Sabar dan Syukur
Kesederhanaan adalah ladang sabar dan syukur.
Allah berfirman: “Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).
Saat anak bertanya mengapa kita sering makan tempe, jawab dengan penuh kasih: “Tempe ini nikmat dari Allah, Nak. Banyak orang yang tidak bisa makan sama sekali. Kalau kita sabar dan syukur, Allah akan tambah nikmat kita.” Dari sini anak belajar bahwa kebahagiaan bukan pada kemewahan, melainkan pada rasa syukur.
Membangun Rasa Bangga, Bukan Malu
Kesederhanaan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Abu Hurairah r.a. hidup sederhana, sering lapar, tetapi menjadi perawi hadis terbanyak.
Ketika anak merasa malu karena bajunya sederhana, katakan: “Nak, jangan malu. Rasulullah dan sahabatnya juga hidup sederhana, tapi mereka mulia. Kesederhanaan kita adalah tanda kita kuat, bukan lemah.” Dengan begitu, anak belajar menjadikan perjuangan orang tua sebagai kebanggaan.
Menciptakan Lingkungan Penuh Kasih Sayang
Kasih sayang adalah benteng dari trauma.
Rasulullah ï·º bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda (yang lebih keci.” (HR. Tirmidzi).
Ketika anak merasa takut akan masa depan, peluklah ia dan katakan: “Nak, jangan takut. Abi dan Umi selalu mendoakanmu. Allah bersama orang yang berjuang. Kamu akan jadi orang kuat, insyaAllah.”
Mengajak Anak Melihat Kehidupan Asal Orang Tua
Bisa jadi anak-anak kader kita di sekolah atau tempat bermain sering berinteraksi dengan teman-teman yang kaya secara finansial, memiliki mobil dan rumah mewah. Hal ini kadang menimbulkan rasa minder atau iri dalam hati mereka. Maka penting bagi orang tua untuk mengajak anak-anak berkesempatan berinteraksi dengan saudara-saudaranya, melihat kehidupan masyarakat di kampung asal orang tua.
Kasih sayang adalah benteng dari trauma.
Rasulullah ï·º bersabda: “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda (yang lebih keci.” (HR. Tirmidzi).
Ketika anak merasa takut akan masa depan, peluklah ia dan katakan: “Nak, jangan takut. Abi dan Umi selalu mendoakanmu. Allah bersama orang yang berjuang. Kamu akan jadi orang kuat, insyaAllah.”
Mengajak Anak Melihat Kehidupan Asal Orang Tua
Bisa jadi anak-anak kader kita di sekolah atau tempat bermain sering berinteraksi dengan teman-teman yang kaya secara finansial, memiliki mobil dan rumah mewah. Hal ini kadang menimbulkan rasa minder atau iri dalam hati mereka. Maka penting bagi orang tua untuk mengajak anak-anak berkesempatan berinteraksi dengan saudara-saudaranya, melihat kehidupan masyarakat di kampung asal orang tua.
Dengan cara ini, anak-anak akan belajar bahwa banyak orang hidup dengan kesederhanaan, namun tetap bahagia dan penuh syukur. Mereka akan mengambil hikmah bahwa kebahagiaan bukan ditentukan oleh harta, melainkan oleh hati yang ridha. Interaksi semacam ini menumbuhkan sikap kesyukuran atas kondisi yang sedang mereka jalani, sekaligus menguatkan jiwa agar tidak mudah goyah oleh perbandingan sosial.
Kesimpulan: ikhtiar agar anak-anak mewarisi semangat perjuangan tanpa trauma adalah dengan menanamkan tauhid, sabar, syukur, kebanggaan atas perjuangan orang tua, serta kasih sayang yang tulus. Ditambah dengan pengalaman nyata melihat kehidupan masyarakat sederhana, anak-anak akan tumbuh sebagai generasi yang kuat, berani, dan optimis. Mereka akan yakin bahwa Allah selalu bersama orang yang berjuang di jalan-Nya, dan kesederhanaan bukanlah penghalang untuk meraih kemuliaan.
*) Ustadz Akhmad Yunus, Pembina Yayasan Al-Iman Hidayatullah Kebumen, Anggota Dewan Murabbi Wilayah Hidayatullah DIY-Jateng Bagian Selatan
Sumber referensi :
IKHTIAR PERADABAN DALAM MEWARISKAN SEMANGAT PERJUANGAN TANPA MENIMBULKAN TRAUMA
(Telaah Pendidikan Keluarga Kader dalam Kerangka Manhaj Islam dan Tarbiyah Harakiyyah)
Foto www.freepik.com

Post a Comment