Pena
"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Dia mengajari manusia
dengan perantaraan pena. Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya." (Terjemah Q.S. Al-‘Alaq: 3-5)
Pena dalam ayat tersebut memiliki beberapa pemaknaan. Pertama, pena untuk menulis pelajaran. Kedua, pena untuk menulis segala keperluan manusia, dari pelajaran hingga undang-undang. Ketiga, pena untuk menulis amal perbuatan. Keempat, makhluk Allah ta'ala yang bertugas untuk mencatat kehidupan makhluk dari awal hingga akhir.
Jika kemudian seluruh pemaknaan dikumpulkan, maka satu pemahaman muncul, manusia perlu menulis berbagai hal dalam kehidupannya. Tentu tidak sekedar menulis, tapi manusia siap tertib dengan apa yang ditulisnya. Dalam redaksi lain, manusia siap hidup beradab.
Dalam hal ini manusia hidup dengan arahan-arahan, tidak sembarangan. Kehidupannya berkualitas tinggi. Binatang bandingan yang jauh dari setara.
Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat arahan, manusia perlu mengingat masa lampau. Agar kesalahan terdahulu tidak terulang kembali. Di sisi lain agar kebaikan sebelumnya bisa dikembangkan. Catatan pena memainkan peran pentingnya di sini.
Selanjutnya perlu dibahas proses penggunaan pena. Terkadang pena harus menyalin seluruh tulisan tanpa improvisasi. Terkadang pena dibolehkan menyalin sebagian saja. Terkadang pena tidak perlu menyalin, bahkan dibebaskan menuliskan segalanya. Akan tetapi sangat dianjurkan untuk pena tidak salah dalam menulis. Memang penghapusan dan koreksi masih bisa dilakukan, tapi bekasnya kadang masih terlihat.
Ibrahnya manusia perlu tahu kapan satu penggunaan pena yang tepat. Agar kehati-hatian lebih terjaga. Hasilnya bagus, berdampak kepada sang penulis dan juga sang pembaca.
Wallahu a'lam.
#MenghidupkanSW
Post a Comment