Header Ads

Ilmu

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Terjemah Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)

Rangkaian ayat tersebut memberikan gambaran yang gamblang tentang dua karunia besar dalam kehidupan manusia. Pertama, ia dijaga selama dalam kandungan ibu. Kedua, ia diberi ilmu untuk bisa bertahan bahkan mengembangkan kehidupan.

Ada ilmu yang sifatnya naluriah semisal mencari makan dan minum. Ada yang sifatnya pengalaman semisal sensasi panas dari api. Ada juga yang sifatnya pengolahan intelektual.

Dapat dipahami kemudian bahwa ilmu satu anugerah yang tidak sederhana. Oleh karena itu naluri manusia untuk berilmu perlu terus dipupuk. Jika tidak, naluri ini akan mati. Gantinya kebodohan dan hawa nafsu berkesempatan menguasai diri manusia. Buahnya lahir kezhaliman, kepada diri sendiri ataupun orang lain.

Lebih jauh, dalam kajian Sistematika Wahyu sebagaimana juga pemahaman para ulama, ilmu tidak berhenti di kepala tetapi terus bergerak ke hati. Kemudian, dari hati, ilmu menggerakkan badan untuk berbuat kebaikan. Sifatnya tak henti, istiqomah, kapan pun dan dimana pun.

Adapun ilmu yang tidak berbuah perbuatan baik, biasanya ada satu penghalang. Penghalang ini perlu diminimalkan atau dihilangkan. Penghalang itu bernama kesombongan.

Wallahu a’lam.


#MenghidupkanSW

 

Diberdayakan oleh Blogger.