Empat Situasi Kelas dalam Perspektif Pertumbuhan
Manusia memiliki fisik dan mental. Pertumbuhan fisik ditandai dengan penambahan tinggi dan berat badan. Sementara pertumbuhan mental ditandai dengan perilaku-perilaku yang lebih baik, dalam mengatasi masalah ataupun menghasilkan suatu kebermanfaatan.
Dalam konteks
pendidikan, manusia yang berada di kelas dan berinteraksi adalah guru dan
murid. Mereka terlibat pada kegiatan belajar mengajar. Satu pihak menjadi
pengajar, tugasnya mengajar. Satu pihak menjadi peserta didik, tugasnya
belajar.
Seiring waktu mereka diharapkan
bertumbuh secara mental. Perilaku-perilaku terlihat lebih baik. Masalah diatasi
lebih cepat dan tuntas. Di sisi lain sejumlah kebermanfaatan muncul, abstrak
ataupun konkrit. Abstrak semisal gagasan. Konkrit semisal hasil karya.
Akan tetapi pada
kenyataannya harapan tersebut tidak mesti terwujud. Ada situasi guru tumbuh
tapi murid tidak. Sebaliknya murid tumbuh tapi guru tidak. Terparah dan sangat
mungkin terjadi, keduanya tidak tumbuh.
Guru Tumbuh, Murid
juga Tumbuh
Sebagaimana telah disebutkan,
situasi ini harapan ideal. Guru dan murid tumbuh seiring waktu. Mereka menunjukkan
perilaku yang lebih positif. Kontribusi sosial meningkat. Prestasi kompetitif dan
komparatif berhasil ditorehkan.
Guru memiliki
perencanaan pembelajaran yang adaptif dengan berbagai perkembangan, terutama intake
murid. Guru juga mengelola kelas secara suportif. Asesmen dilakukan secara valid
dan reliabel. Tidak berhenti di situ, ada tindak lanjut yang dilakukan sistematis.
Di sisi lain murid memiliki
semangat belajar yang baik. Mereka disiplin, prosedural, dan mandiri.
Antarmurid tidak terlibat bullying.
Guru dan murid
terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru tidak sekedar
memberikan instruksi tapi juga permodelan serta pendampingan. Waktu untuk murid
mendemonstrasikan hasil belajar tersedia cukup.
Orangtua mendukung
murid belajar. Komunikasi orangtua dengan guru lancar. Masukan orangtua
kepada sekolah diterima hangat.
Guru Tumbuh, Murid
Tidak Tumbuh
Di situasi ini guru
menunjukkan perilaku-perilaku yang lebih baik. Kemampuan mengajarnya meningkat.
Sejumlah prestasi tercatatkan.
Akan tetapi murid
menunjukkan perilaku berbeda. Perilaku mereka tidak lebih baik dari sebelumnya.
Etos belajar juga sama. Ada prestasi yang dicatatkan tapi tidak terlihat
progesif.
Penyebab situasi ini
salah satunya adalah dominasi guru di kegiatan belajar mengajar. Guru memberikan
penjelasan dan permodelan tapi tidak memberikan waktu kepada murid untuk
menunjukkan hasil belajar. Asesmen yang dilakukan hanya terbatas aspek
kognitif. Akhirnya motivasi murid hanya berkisar pada nilai ulangan dan
sejenisnya.
Secara makro, sekolah
kurang memainkan peran supervisinya. Guru tidak mendapatkan pengamatan dan bimbingan
yang memadai. Akhirnya guru merasa kegiatan belajar mengajar yang dirancangnya
sudah efektif.
Seandainya sekolah
memprogramkan supervisi berkala, semoga guru dapat dibimbing berkelanjutan. Sehingga
guru semakin efektif. Situasi kelasnya berubah. Guru dan murid sama-sama bertumbuh.
Guru Tidak Tumbuh,
Murid Tumbuh
Di situasi ini guru tidak
menunjukkan perbaikan perilaku. Rancangan pembelajarannya tidak berubah seiring
waktu. Pengelolaan kelasnya juga monoton. Prestasinya stagnan.
Akan tetapi muridnya
terlihat tumbuh. Semangat belajar terlihat dari tuntasnya tugas-tugas mereka. Sejumlah
prestasi juga berhasil dicatatkan.
Orangtua mendukung
berbagai kegiatan murid. Dukungannya menyeluruh, moral dan material. Komunikasi
orangtua dan sekolah terjalin baik.
Situasi semacam ini
dapat terjadi saat guru tidak lagi mengembangkan rancangan pembelajarannya. Guru
merasa sudah cukup efektif. Di sisi lain sang guru sudah senior. Sehingga rasa
sungkan pimpinan sekolah begitu besar untuk menegur.
Semakin sungkan pimpinan
sekolah, hampir bisa dipastikan guru tidak akan pernah tumbuh. Potensi
kerusakan sistemiknya perlu diperhatikan. Salah satunya pada guru yunior. Peluang
mereka meniru cukup besar. Jika ini terjadi, kualitas pembelajaran sekolah sangat
mungkin turun.
Pimpinan sekolah dapat
melakukan sinergi dengan sejumlah pihak dalam mengatasi hal ini. Pengawas
sekolah ataupun pengelola yayasan dapat dilibatkan. Alternatif lainnya
bimbingan dari akademisi independen.
Guru Tidak Tumbuh,
Murid juga Tidak Tumbuh
Di situasi ini guru
dan murid sama-sama tidak tumbuh. Guru tidak menunjukkan perilaku yang
berkembang, begitu juga dengan murid. Kapasitas dalam mengatasi masalah dan
mencipta kebermanfaatan stagnan. Guru tidak merancang pembelajaran yang lebih
baik. Sementara murid juga tidak menunjukkan semangat belajar.
Situasi ini dapat
terjadi manakala dukungan sistem makro dirasa tidak cukup. Sekolah dan orangtua
tidak memberikan dukungan memadai. Semuanya diserahkan kepada guru. Sementara
guru juga tidak memiliki kecukupan sumber daya.
Dalam hal ini sangat baik bila ada perbaikan manajemen sekolah. Selanjutnya orangtua diajak kerjasama dalam peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar. Memang waktu yang dibutuhkan tidak sebentar. Namun ikhtiar perlu terus diupayakan.
Wallahu a’lam.
Post a Comment